Oleh : Sukma
Karya Yunita Nursyahmi
Pemulung Tua
Dari tong sampah
Ke tong sampah
Kau berjalan terpapah
Terik mentari telah pun bersahabat
dengan ringkihmu
Tanganmu yang seperti ranting tua
Tampak gemetar
Memikul keranjang
Berisi sampah daur ulang
Namun
Pada pancaran susah wajahmu
Tampak cucuran bening
Serupa embun
Mengalir gurar-gurat penuh kebahagiaan
Doa yang Menggantung
Tuhan,
Aku berdoa lagi
Moga kau tak bosan menjamunya
Yah, telah banyak
rangkaian harap
Kuterbangkan padaMu
Namun tampaknya masih menggantung
Di ranting-ranting langitMu
Makin bersungguh-sungguh
hati ini meminta
Hingga hanya menggantung di sana
Kilaumu Pagi Ini
Selamat pagi, Cantik !
Ah, mengapa bola mata itu
Kilaunya berbeda
Tak seperti embun
Meronakan pagi hari
Pendarnya hanya bias
Diantara bulir sisa sembabnya
Karya Wulandari
Terbang
Aku terbang dengan sayap-sayap rindu
Mencari sekeping hati
yang hilang
Mengitari hutan perasaan tanpa sinar
Heliuk-liuk indah
Hinggap di ranting hatimu
Tak lagi aku temui jalan keluar
Tersesat aku dalam cintamu
Sayap-sayapku lelah
Tak kuasa lagi terentang
Tak jua kucicipi
Embun segar cintamu
Aku tak tau,
Dimanakah rinduku berlabuh ?
Karya Mayasari
Mengembun Maya
Inilah ranting
sebuah rasa
Ujung sebuah mula
Akhir segala tunggu
Matiku dalam waktu
Hidup terus berubah
Cintamu tak pernah tergugah
Mengembun maya,
hayal membawa
Tiada menjawab menyapa
Aku,
Sia-sia
Karya Sitha Murani
Ranting dan Embun
Ting...
Ting...
Ting...
Pohon ranting
Hasrat lenting
Terasa kering
Bun...
Bun...
Bun...
Titik embun
Luka timbun
Tampak rimbun
Ranting
Embun
Cinta jatuh ke ranting
Bermain dengan embun
Ceritaku oh, ranting
Dukaku oh, embun
Ranting
Embun
Berdenting
dalam rumpun
Cerita Pagi
Hai, Embun..
Aku mau cerita
Tentang aku
Sering kali dedau bergantung
Rela kau topang dia
Heh, buahnya hanya penggoda iman
Kucium saja ia
Ranum tak bisa kuhirup
Lezat tak kuasa kutelan
Hai, Ranting...
Aku juga mau cerita
tentang aku
Kuhanya sisa dari derasnya hujan
guyur bumi
Tersisa dalam titik air
terus jatuh
Heh...kalau mentari terik
Aku kering
Hilang
Maukah menunggu aku muncul lagi ?
Tanyakan pada Tuhan
Kapan Dia mau guyur bumi lagi ?
Aku rela jadi sisa
penyejuk fajar yang tipis
Indah untuk senyap
Hai, Embun...
Besok kau masih datang padaku ?
Menjadi pelukis seni daunku
TitikMu begitu kurindukan
Hai, Ranting...
Kalau bisa kau masih
mau menopangku ?
Sebentar saja
O, fajar
Ikhlas aku bergantung padaMu, Ranting...
Kau topang kanvasku
Biar kuhias dirimu, Embun...
Kau cat buatku
Minuman pelepas dahaga
Ini cerita kita
kala pagi tiba
begini selamanya
aku cinta cerita ini
Karya Selvi Rani
Reranting Mawar
Kepada Mawar
Jangan lagi kau nantikan embun
Pun ia tak pernah setia
Lupakah pada reranting
penyangga tubuh yang tak pernah mengeluh ?
Meski,
Satu persatu kelopakmu meluruh...
Rabu, 22 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
bang, judulnya "Kepada Mawar" bukan Reranting Embun. Ntar diedit yo! :)
BalasHapus