Rabu, 22 April 2009

Ranting-Embun dalam 5 Penyair

Oleh : Sukma

Karya Yunita Nursyahmi

Pemulung Tua

Dari tong sampah
Ke tong sampah
Kau berjalan terpapah
Terik mentari telah pun bersahabat
dengan ringkihmu

Tanganmu yang seperti ranting tua
Tampak gemetar
Memikul keranjang
Berisi sampah daur ulang

Namun
Pada pancaran susah wajahmu
Tampak cucuran bening
Serupa embun
Mengalir gurar-gurat penuh kebahagiaan




Doa yang Menggantung

Tuhan,
Aku berdoa lagi
Moga kau tak bosan menjamunya
Yah, telah banyak
rangkaian harap
Kuterbangkan padaMu
Namun tampaknya masih menggantung
Di ranting-ranting langitMu

Makin bersungguh-sungguh
hati ini meminta
Hingga hanya menggantung di sana



Kilaumu Pagi Ini

Selamat pagi, Cantik !
Ah, mengapa bola mata itu
Kilaunya berbeda
Tak seperti embun
Meronakan pagi hari
Pendarnya hanya bias
Diantara bulir sisa sembabnya


Karya Wulandari

Terbang

Aku terbang dengan sayap-sayap rindu
Mencari sekeping hati
yang hilang
Mengitari hutan perasaan tanpa sinar
Heliuk-liuk indah
Hinggap di ranting hatimu
Tak lagi aku temui jalan keluar
Tersesat aku dalam cintamu

Sayap-sayapku lelah
Tak kuasa lagi terentang
Tak jua kucicipi
Embun segar cintamu
Aku tak tau,
Dimanakah rinduku berlabuh ?


Karya Mayasari

Mengembun Maya

Inilah ranting
sebuah rasa

Ujung sebuah mula
Akhir segala tunggu
Matiku dalam waktu
Hidup terus berubah

Cintamu tak pernah tergugah
Mengembun maya,
hayal membawa
Tiada menjawab menyapa

Aku,
Sia-sia



Karya Sitha Murani

Ranting dan Embun

Ting...
Ting...
Ting...

Pohon ranting
Hasrat lenting
Terasa kering

Bun...
Bun...
Bun...

Titik embun
Luka timbun
Tampak rimbun

Ranting
Embun

Cinta jatuh ke ranting
Bermain dengan embun
Ceritaku oh, ranting
Dukaku oh, embun

Ranting
Embun
Berdenting
dalam rumpun



Cerita Pagi

Hai, Embun..
Aku mau cerita
Tentang aku
Sering kali dedau bergantung
Rela kau topang dia

Heh, buahnya hanya penggoda iman
Kucium saja ia
Ranum tak bisa kuhirup
Lezat tak kuasa kutelan

Hai, Ranting...
Aku juga mau cerita
tentang aku
Kuhanya sisa dari derasnya hujan
guyur bumi
Tersisa dalam titik air
terus jatuh

Heh...kalau mentari terik
Aku kering
Hilang
Maukah menunggu aku muncul lagi ?
Tanyakan pada Tuhan
Kapan Dia mau guyur bumi lagi ?
Aku rela jadi sisa
penyejuk fajar yang tipis
Indah untuk senyap

Hai, Embun...
Besok kau masih datang padaku ?
Menjadi pelukis seni daunku
TitikMu begitu kurindukan

Hai, Ranting...
Kalau bisa kau masih
mau menopangku ?
Sebentar saja
O, fajar
Ikhlas aku bergantung padaMu, Ranting...

Kau topang kanvasku
Biar kuhias dirimu, Embun...
Kau cat buatku
Minuman pelepas dahaga
Ini cerita kita
kala pagi tiba
begini selamanya

aku cinta cerita ini



Karya Selvi Rani

Reranting Mawar

Kepada Mawar
Jangan lagi kau nantikan embun
Pun ia tak pernah setia

Lupakah pada reranting
penyangga tubuh yang tak pernah mengeluh ?

Meski,
Satu persatu kelopakmu meluruh...

1 komentar:

  1. bang, judulnya "Kepada Mawar" bukan Reranting Embun. Ntar diedit yo! :)

    BalasHapus