Minggu, 01 Februari 2009

Bermain-main dengan Hipnosis


Oleh : Sukma *

Judul Buku : The Real Art of Hipnosis
Pengarang : Hisyam A. Fachri
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : Cetakan 1, 2008
Ketebalan : + 236 hlm
Kategori :Non-Fiksi (Psikologi)





“Rilekskan diri Anda ! Bagus sekali, sekarang perhatikan titik ini, terus perhatikan dengan perlahan, sekarang rasakan mata Anda semakin berat, Anda begitu mengantuk, Anda ingin tidur, ingin sekali. Lalu makin tertidur, tidur yang dalam, dalam sekali dan tidur yang sangat nyenyak...dan tertidurlah !”


Bukan mantra, bukan sihir! Itulah yang terjadi dengan hipnosis. Fenomena hipnosis belakangan ini sudah berubah menjadi tren yang kian diminati. Bukan hanya dari kalangan para pakar akan tetapi para profesional, ibu rumah tangga hingga para supervisor dan manajer perusahaan besar di dunia pun tak luput memakainya.


Secara tidak langsung, keadaan hipnosis sering pula kita alami. Semisal menonton sinetron hingga membuat kita terhanyut di dalam ceritanya, berdoa dan berzikir kepada tuhan dengan begitu khusyuknya atau tatkala sedang bermain playstation hingga Anda lupa waktu.
Keadaan inilah yang dalam hipnosis disebut sebagai kondisi trance. Keadaan dimana kita fokus terhadap sesuatu dan ini keadaan yang cukup normal kita alami.


The Art of Hipnosis, sebuah buku karangan Hisyam A. Fachri ini memberi penjelasan yang cukup kental perihal dunia hipnosis. Secara tidak sadar, kita akan digiringnya pada sebuah tidur panjang yang menenangkan. Hipnosis yang kita kenal hari ini bukanlah semacam sihir atau mantra yang hanya bisa dilakukan oleh mereka yang punya ritual khusus semacam perdukunan. Namun, hipnosis adalah sebuah keilmiahan.


Walaupun menurut Ormond Mc. Gill, yang dijuluki Dekan Hipnosis Amerika, mengatakan “Tidak mudah memberi pengertian tentang hipnosis. Hipnosis tak ubahnya seperti listrik, sedikit orang yang bisa menjelaskannya dengan mudah. Tetapi yang jelas listriknya memiliki DAYA yang dapat dimanfaatkan.”


Dari pernyataan tersebut kita bisa memosisikan hipnosis sebagai sesuatu yang bukan mistis atau melibatkan sesuatu yang ghaib.


Keilmiahan hipnosis pun masih terus diperdebatkan sehingga cara kerjanya menuntut beberapa ilmuwan berspekulasi kalau hypnotherapy menstimulasi otak untuk melepaskan neurotransmiter, zat kimia yang terdapat dalam otak. Zat itu adalah encephalin dan endhorphin yang berfungsi untuk meningkatkan mood sehingga dapat mengubah penerimaan individu terhadap sakit atau gejala fisik lainnya.


Dan menurut Prof. John Gruzelier, seorang pakar Psikologi di Caring Cross Medical School, London, hipnosis berguna untuk menginduksi (menurunkan daya kerja) otak. Hal itu dilakukan untuk memprovokasi otak kita agar non-aktif dan memberikan kesempatan otak kanan untuk bekerja secara keseluruhan. Hal itu bertujuan untuk mengambil kontrol atas otak fokus pada suatu hal secara monoton.


Sugesti dalam Hipnosis

Konsep hipnosis sebenarnya adalah konsep yang sangat sederhana. Lagi-lagi, tanpa kita sadari konsep hipnosis sendiri sering kita lakukan. Seperti contoh ketika seorang ibu yang tengah menidurkan anaknya sambil ia menyanyikan lagu-lagu yang syarat dengan pesan-pesan moral. Kemudian pula, ketika Anda tengah memberikan semangat kepada diri Anda sendiri bahwa Anda adalah orang yang sukses dan berhasil dalam hidup ini. Sesungguhnya, inilah yang disebut sebagai konsep dasar hipnosis.


Letaknya ada pada penanaman sugesti yang kita sampaikan lewat ucapan secara verbal. Walaupun secara umum hipnosis sering pula bernada negatif. Kita atau lingkungan yang sering menanamkan nilai-nilai—dalam hipnosis disebut script— negatif ke dalam diri kita yang sesungguhnya kita tengah menghipnosis diri kita kepada keputusan yang negatif. Namun sebaliknya, kalau kita senantiasa meyakinkan diri kita dan lingkungan di sekitar kita bahwa kita adalah orang yang sukses dan berhasil maka script yang tertanam dalam diri akan terus bernuansa positif pula.


Antara Hipnosis Barat dan Timur

Seiring perkembangan dan sejarah hipnosis berlangsung, sebenarnya hipnosis sendiri memiliki keunikan dan karakter yang berbeda-beda. Meski belakangan, hipnosis yang dikemas secara ilmiah baru dimulai dari dunia barat seperti Prancis.


Hipnosis dalam sejarahnya sudah dimulai sejak 1734 oleh Frans Anton Mezmer. Namun kita sendiri bangsa Indonesia telah jauh-jauh lampau telah pula menjalani proses hipnosis secara tradisional. Tentu (biasanya) melalui ritual-ritual yang umum dilakukan oleh para pelaku hipnosis.


Kita sebut saja orang jawa, yang sejak sedia kala memiliki tradisi-tradisi spiritual yang telah menyita perhatian besar masyarakt jawa secara umum. Dan hipnosis sendiri adalah seni untuk memengaruhi sugesti klien. Bangsa Indonesia sendiri memiliki sugesti yang cukup tinggi ketimbang bangsa Barat yang lebih mendominasi logika dan rasio. Proses hipnosis dapat berlangsung sepanjang seorang terapis dapat mengetahui titik sugestinya. Salah satunya, keyakinan spiritual yang dimilikinya.


Seorang klien akan sangat mudah masuk dalam posisi trance dan hanyut dalam posisi yang kita inginkan manakala inti sugesti kita letakkan terkait wilayah rasa dan spiritual yang kental dengan sosial budaya mereka.


Ritual mantra yang digunakan oleh hipnosis timur haruslah disesuaikan dengan sisi spiritual seseorang. Orang yang dekat dengan dunia Dinamisme-Animisme, sering kali mengolah sisi batinnya dengan ritual yang aneh-aneh.


Sebenarnya, mantra dan ritual tersebut hanya sebagai sarana untuk mengolah batinnya. Bukan mantra dan ritual itu yang memberikan kekuatan, melainkan niat mereka yang memberikan efek sugesti dan “energi” bagi pelaku hipnosis tersebut.


Sementara hipnosis barat tidak mengenal ritual dan mantra. Hipnosis barat mencoba membuka tabir apa saja yang sebenarnya terjadi ketika seseorang terhipnosis dan bagaimana mengkondisikan seseorang dalam kondisi hypnotic.


Atas dasar itulah, hipnosis barat mengembangkan hipnosis dengan berbagai teknik, diantaranya fiksasi mata, relaksasi, membingungkan dan menyesatkan pikiran. Dengan pola ini, hipnosis dapat terjadi melalui proses penurunan gelombang otak manusia (induksi) dari betha (kondisi sadar) menjadi alpha-theta (di bawah alam sadar). Dalam kondisi otak alpha-theta seperti itulah kondisi individu lebih sugestif untuk dipengaruhi.


Pada praktiknya, hipnosis barat lebih menekankan pada teknik verbal dalam menyugesti kliennya sedangkan hipnosis timur menekankan pada tiga aspek yaitu tatapan mata, gelombang suara, energi yang keluar dari jiwanya.


Karena hipnosis barat cenderung menekankan teknik verbal umumnya teknik ini dilakukan dengan menginduksi klien terlebih dahulu dalam hal penurunan gelombang otaknya. Hingga terkadang si klien sering tertidur dalam kondisi ini. Pada waktu tertidur meskipun setidaknya sadar, disaat begitulah pelaku hipnotis menanamkan script sesuai dengan yang dikendaki.


Hypnotheraphy sebagai Solusi

Sigmund Freud dan banyak pakar psikogi lain menyatakan bahwa pikiran manusia terdiri dari dua hal yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar yang semula sudah ter-install kian seperti emosi, kepercayaan, dan kebiasaan terkadang sering tidak sejalan dengan pikiran sadar. Ternyata, 88 % pikiran bawah sadar cenderung memengaruhi sikap dan perilaku manusia ketimbang pikiran sadarnya.


Dalam status kegunaannya, hipnosis tetaplah seperti pisau. Mampu digunakan untuk kejahatan namun tetap berfungsi untuk kebaikan. Sugesti yang ditanam kepada klien dapat diubah dalam proses yang lebih variatif. Inilah yang dikembangkan oleh metode hipnosis barat diantaranya hypnotherapy untuk fobia, hypnoselling, hypnobirthing, hypno for quit smoking, hypnomotivasi massal dan masih banyak lainnya.


Namun secara sederhana, sebenarnya kita sendiri mampu melakukan hipnosis untuk hal-hal yang positif terhadap diri dan lingkungan di sekitar kita. Untuk itu, ucapan verbal yang kita punyai akan sangat membantu menanamkan scipt bagi klien yang ada, termasuk diri kita. Maka dari itu, hati-hati dengan ucapan Anda ! Karena script itu akan mengendap dalam alam bawah sadar kita.





Medan, 29 Januari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar